Another TTC Journey (IVF #3) - Penang Hill, Street Art Murals & Laparoscopy (apa hubungannya ? :D)

by - 6:28 PM

Hari ini, tepat 2 minggu yang lalu, gw laparoscopy untuk yang kedua kalinya. Cerita tentang kunjungan pertama gw dan Andri ke Loh Guan Lye (LGL) dan alasan kenapa harus laparoscopy (LO) sudah gw paparkan di postingan ini ya. Postingan kali ini agak panjang, mudah-mudahan gak bosen ya bacanya.
***

Singkat cerita, mens gw datang 1-2 hari lebih cepat dari perkiraan apps P.C yang gw pakai untuk mencatat siklus bulanan. Sekitar 1-2 tahun belakangan, hari 1-2 cuma flek/spotting aja, baru di hari ke-3 yang beneran darah haid. (Sorry not sorry if too much information about this, but this is important insight yang gw pun baru tau). Menurut Dokter, hari inilah yang di consider sebagai hari ke-1 menstruasi. Jadi kita ikuti kata Dokter saja ya.

Ini kurang lebih 'itinerary' selama 7 hari 6 malam di Penang kemarin.

HARI KE-2 (MENS): Heading to Penang
Hari Selasa pagi gw berangkat ke Penang, ditemani Ibu. Andri gak bisa cuti lama, jadi dia hanya akan menemani gw saat operasi.

Naik Batik Air Jkt-Medan. Nice and quite smooth flight (dibandingkan flight gw ke Medan sebelumnya yang beberapa kali kena turbulence).

Transit 2.5 jam di Kualanamu, lanjut Medan-Penang by Air Asia. Enaknya transit di Medan, kita gak perlu jalan jauh untuk pindah terminal seperti di Changi ataupun KLIA, antri imigrasi pendek (bahkan cenderung kosong!), dan quick flight (cuma 45 menit). Recommended.

Sampai Penang sekitar jam 3 sore. Check-in di One Pacific Hotel.

HARI KE-3: Meet the Doctor and Preparation
Sampai LGL jam 8 lewat, udah agak kesiangan sih. Begitu masuk ke klinik, kok sepi gak banyak pasien seperti biasa. Ternyata dr. Dev lagi ada tindakan. Suster Mei kemudian bilang, bukannya gw seharusnya operasi ya? Kok gw gak nelpon dulu (untuk konfirmasi jadwal)?

Too bad, gw bener-bener gak ingat harus nelpon Suster Mei dulu untuk konfirmasi jadwal operasi :(. Memang sih sebelumnya sudah sempat email-emailan dengan dokter tentang persiapan LO dan estimasi waktu. Tapi belum sampai konfirmasi jadwal. Dan gw baru aware kalau jadwal operasi dr. Dev hanya hari Rabu dan Jumat. Apa boleh buat. Jadi gw pun menunggu sampai dokter selesai tindakan. Learningnya, kalau mau bikin appointment, please contact Suster Mei / teamnya.

Sekitar jam 11 siang, dokter datang ke klinik. Menunggu sebentar, akhirnya gw dan Ibu masuk ke klinik disambut senyum lebar dr. Dev. Tadinya beliau mengupayakan untuk bisa operasi keesokan harinya, tapi agak susah karena memang bukan schedule tindakan operasi. Jadi akhirnya operasi tetap akan dilakukan lusa.

Hari itu dr. Dev hanya melakukan USG transvaginal. Untuk persiapan operasi, gw harus ambil darah di Lab dan dikasih resep obat pencahar untuk membersihkan usus yang harus diminum jam 21.00 besok. 

"Lusa sudah hari ke-5 mens kamu kan? Jadi seharusnya sudah lebih bersih ya. Jadi besok kamu bisa santai-santai, jalan-jalan ya," ucap dokter.

Siap deh Doc :)

HARI KE-4: Up up to Penang Hill and Photo Stop at Armenian Street
Ada hikmahnya juga datang terlalu cepat di Penang. Jadi gw dan Andri ada waktu buat ngajak Ibu jalan-jalan di Penang walopun cuma sehari.

Pagi-pagi ke LGL dulu untuk bayar deposit LO. Setelah itu kita ke Penang Hill pakai Grab. Hari itu sayangnya lagi mendung dan berkabut. Jadi gak bisa lihat view pulau Penang dari ketinggian dengan jelas. Tapi lumayan banget untuk jalan-jalan karena udaranya jadi lumayan adem dan bisa lihat pepohonan hijau yang fresh.
Eitss abang yang di belakang ngelamun ajeee

Selanjutnya pengen liat street art mural-nya Penang di Armenian Street dan jalan di sekitarnya. Di sini banyak turis yang foto-foto di murals nya. Di beberapa murals sampai harus ngantri untuk foto.
Ibu gw pun ingin bergaya....
Anaknya apalagi....
Atas saran driver Grab, kita lunch di food court Esplanade karena katanya ada mie sotong yang enak. Dari sekitar Armenian Street kita jalan ke Esplanade di tengah-tengah hujan yang galau (rintik trus deras trus rintik lagi). Sempet worry liat Ibu agak keujanan, tapi alhamdulillah Ibu gw semangat banget jalannya. Jadilah sampai di food court Esplanade malah bingung karena banyak banget pilihan makanan. Tentunya gw pilih nasi lemak ikan bilis telur dan es chendol. Lumayan enak dan... MURAH BANGET! Makan-minum bertiga gak sampai 15 RM. Gila, gak sampe 50 ribu rupiah loh! Seneng sih makan di Penang, murahhh hehe.
When in Penang, try es kachang!
True keinget besok mau operasi, deg-deg-an sendiri. Kita pun balik ke hotel.

Jam 9 malam, minum obat pencahar (kalo ga salah Dulcolax) dan mulai puasa makan-minum.

HARI KE-5: LAPAROSCOPY Day
Pagi itu, sekitar jam 7 kurang, kami sudah sampai di LGL. Ke bagian Admission untuk melunasi estimasi biaya LO, baru kemudian dipanggil menuju ruang rawat inap untuk persiapan operasi. Ganti kimono operasi, pasang jarum infus, checking the down-there (yang gw sudah shave sendiri beberapa hari sebelumnya hehe), dan Suster membersihkan bagian pusar yang nantinya menjadi tempat masuknya alat operasi.

Di ruang rawat inap, ada 3 pasien yang menunggu giliran operasi dengan dr. Dev. Semuanya dari Jakarta. Lumayan lama nunggu dalam keadaan lapar karena emang musti puasa, akhirnya kita malah ngobrol. Salut banget sama salah satu pasien, Mba Tati yang sudah menginjak usia 41 tahun, masih semangat buat program hamil. Semoga rejeki kita ya Mbaaa kali iniii.

Gw yang tadinya tegang, tegang banget, sampe kemudian lupa tegang gara-gara bosen nunggu giliran. Honestly yang paling gw takutin adalah kalau tiba-tiba harus bedah perut atau laparatomy karena dokter menemukan 'sesuatu' di tengah-tengah laparoscopy. Jika dibandingkan dengan LO gw sebelumnya, persiapan LO kali ini lebih 'simple'. Gak pakai EKG segala. Agak bingung juga sih, tapi ya sudahlah, just trust the team. They know much better.

Sekitar jam 11, giliran gw masuk ke ruangan transit/pra-operasi. Di situ kita digabungkan dengan pasien-pasien lain yang juga menunggu giliran operasi dan mungkin sebagian sedang menunggu siuman setelah operasi. Ada yang lagi tidur, lagi ngorok, campur deh. Mulai deh berasa nervous, deg-degan, mana ruangannya dingin banget. Again, dzikir helps a lot....

Dokter anestesi menyapa dan ngajak ngobrol, lumayan bikin relax. Sampai akhirnya sekitar 1 jam kemudian, gw mulai disuntikkan obat bius. Yang terakhir gw ingat adalah seperti ada alat untuk menutup hidung gw, dan... aku pun tertidur..... zzz

Sekitar 2 jam kemudian, gw tersadar. Samar-samar gw mendengar dan melihat ada cairan dan entah benda apa di dalam tempat kecil yang ditunjukkan ke gw kalau itu 'hasil' dari laparoscopy hari ini. Kemudian gw dibawa ke ruang rawat inap lagi didampingi Andri dan Ibu. Alhamdulillah..... it's over... Dan alhamdulillah, dokter gak melakukan laparotomy.

Selanjutnya gw gak terlalu merasa ada yang berbeda, selain adanya rasa.... LAPAR!! Haha beneran laper banget abis puasa. Yah adalah ngilu-ngilu dikit di tiga titik bekas jahitan operasi. Tapi sangat amat bearable. Gak lama kemudian gw udah boleh minum air putih pelan-pelan dengan sedotan. Bahkan sore-sore, gw udah jalan ke kamar mandi untuk pup karena sepertinya efek obat pencaharnya masih bekerja hehe. Alhamdulillah less pain! Tapi kata dokter belum boleh langsung pulang.

Selanjutnya sih udah becanda-becanda lagi sama Andri dan udah update Insta Story ajaa haha. Oiya, karena nginapnya di ruang rawat inap dengan 3 pasien lain, ternyata gak boleh ada keluarga yang dampingin. Sekitar jam 1-2 malam, suster kaget liat ada Andri tidur di kursi samping gw. Jadilah jam 2 malam Andri balik ke hotel sendirian hehe.

HARI KE-6: Back to Hotel and Craving for Subway
Pagi-pagi doctor visit, cek bekas operasi, dan bilang kalau hasil detailnya bakal diomongin 2 hari lagi pada saat konsul. Tapi everything seems okay dan udah boleh pulang. Alhamdulillah. Kelar urusan administrasi, back hotel, istirahat bentar, trus tiba-tiba  bosen makan kari-karian, dan pengen Subway. Jadilah siang-siang ke Subway deket Paragon buat makan sandwich hehe.
Mailafff! Enough of kari-karian...
HARI KE-7: Andri back to Jkt and Quick Walk to Gurney Paragon Mall (again)
Pagi-pagi breakfast di LGL Cafetaria karena depot nasi lemak depan hotel ternyata tutup. Kwetiau-nya enak btw, tapi rada pricey. Trus nganter Andri ke lobi hotel buat balik Jakarta (hiks). Sorean jalan sama Ibu cari makan dan beli skincare di Gurney Paragon Mall (again!). Btw banyak pilihan makanan enak dan murmer di foodcourt lantai 5 Gurney Paragon Mall. Gw makan roasted chicken rice mayan enaak. Yesss, udah gak papa banget buat jalan-jalan bentar hehe.

HARI KE-8: Follow Up Consult with Doctor and Back Home!
Pagi itu semangat banget buat ke LGL dan lebih semangat lagi karena hari ini mau pulang. Perasaan udah datang lebih pagi tapi ternyata udah banyak yang lebih pagi ngantri di klinik. Setelah ngantri ambil nomor, balik hotel buat urusan check-out, baru balik ke klinik lagi dan ternyata masih ngantri.

Masuk ke ruang konsul, seperti biasa dr Dev menyambut dengan senyum lebar. Kemudian sambil mengganti plester beliau bilang, "Kamu tidak boleh hubungan dulu selama 2 minggu ya.. Trus kamu harus olahraga tiap hari..."
"Emang gak papa Dok?"
"Justru kamu harus olahraga tiap hari. Kamu harus pikir kamu itu sehat supaya kamu bisa hamil."
"Minggu depan saya ada rencana lari 21 kilo (for Bandung Marathon), boleh Doc?"
"Kalo kamu kuat gak papa. Tapi 10 kilo aja lah..."

Kemudian dokter menunjukkan foto hasil laparoscopy kemarin, di mana ada banyak darah endometriosis sisa mens di sekitar saluran telur gw, kemudian ada kista di sebelah kiri yang hampir lengket ke usus. Oh endometriosis, there you are again....

Selanjutnya dokter bilang kalau gw harus cepat hamil supaya tidak kumat lagi. Beliau menyarankan gw untuk Post-Lucrin IVF protocol. Jadi hari itu juga gw disuntik Lucrin untuk menahan hormon. Dilihat sekitar 1 cycle, kemudian baru mulai program IVF di cycle berikutnya.

Everything seems make sense to me. Gw punya waktu cukup panjang buat prepare body and mind supaya fit dan positive sebelum mulai program IVFnya.

Bismillahirrahmanirrahim... Satu stage udah lewat, there's more to come...

Sorenya, pulang ke Jakarta, direct flight by Air Asia. Then feel sooo happy and grateful to be back home:)

Dan bersyukur juga, setelah sekian lama, bisa punya quality time sama Ibu.
When looking at my mom, I can see myself in next 25 years!

You May Also Like

0 komentar